Nama yang menunjuk pada Żat Ilāhiyyah yang mengandung semua sifat kesempurnaan, pengagungan, dan keindahan yang tidak seorang pun berhak diibadahi kecuali Dia.
Zat yang menjaga dan memelihara apa yang telah Dia ciptakan, dan ilmu-Nya meliputi apa yang Dia ciptakan dan tetapkan.
Tekad hati untuk mengerjakan sesuatu dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah -Ta'ālā-.
Ucapan orang yang salat, "Rabbanā wa lakal-ḥamdu (Wahai Tuhan kami! Bagi-Mulah segala pujian)" saat berdiri tegak setelah rukuk.
Beribadah kepada Allah -Ta’ālā- dengan merendahkan kepala dan membungkukkan punggung dengan cara khusus dalam ibadah salat.
Keyakinan yang pasti terhadap keberadaan Allah -Ta’ālā-, bahwa Dia-lah Rabb yang menciptakan, yang menguasai, dan yang mengatur, hanya Dia yang berhak disembah semata, dan Dia memiliki nama-nama yang indah dan sifat-sifat yang luhur, Dia Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya di dalam semua itu.
Mengagungkan Allah -Ta'ālā- dengan sifat-sifat kesempurnaan dan keindahan, dan menyucikan-Nya dari segala kekurangan dan aib.
Seseorang menjadikan suatu penghalang antara dirinya dan siksa Allah -Ta'ālā- serta murka-Nya dengan cara mengerjakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya.
Mengesakan Allah dalam setiap perkara yang khusus bagi-Nya berupa rubūbiyyah (ketuhanan), ulūhiyyah (keilahian), nama-nama dan sifat-sifat, serta berlepas diri dari syirik dan pelakunya.
Mengesakan Allah -Ta’ālā- dalam segala jenis ibadah lahir dan batin, ucapan dan perbuatan serta keyakinan, dan menafikan ibadah dari segala sesuatu selain Allah siapa pun dia.
Keyakinan yang pasti dan pengakuan yang bulat bahwa Allah -Ta'ālā- pencipta segala sesuatu dan pemiliknya serta kepada-Nya segala perkara dikembalikan dalam hal pengelolaan dan pengaturannya.
Ucapan: Asyhadu an lā ilāha illallāh wa asyhadu anna Muḥammadan 'abduhu wa rasūluhu (aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah selain Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya).
Empat khalifah pertama yang silih berganti memimpin kaum muslimin pasca wafatnya Rasulullah, Muhammad -ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam-. Mereka adalah Abu Bakar Aṣ-Ṣiddīq, Umar bin Al-Khaṭṭāb, Usman bin 'Affān dan Ali bin Abi Ṭālib -raḍiyallāhu 'anhum-.
Orang-orang beriman dan bertakwa yang selalu merasa diawasi Allah -Ta’ālā- dalam setiap urusan mereka, sehingga mereka senantiasa melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya karena takut terhadap azab dan kemurkaan Allah, serta mengharapkan keridaan dan surga-Nya.
Jalan yang terang dalam agama berupa akidah, hukum-hukum fikih, dan adab.
Segala sesuatu yang dilarang oleh syariat dan menjadi sarana menuju kesyirikan, dalam berbagai nas disebutkan penamaannya dengan syirik tetapi tidak mencapai tingkat syirik besar.
Melakukan apa yang diperintahkan dan meninggalkan apa yang dilarang dengan niat ketaatan, baik perintah atau larangan itu berupa perkataan, perbuatan, atau keyakinan.
Istilah yang mencakup segala yang disukai Allah dan diridai-Nya berupa ucapan dan perbuatan, yang tampak maupun tidak tampak.
Islam dan tauhid
Menyucikan Allah dari segala kekurangan dan menetapkan setiap kesempurnaan bagi-Nya.
Berserah diri kepada Allah dengan menauhidkan-Nya, tunduk kepada-Nya dengan ketaatan dan berlepas diri dari kesyirikan dan pelakunya.
Segala sesuatu yang menunjukkan kebesaran Allah dan membimbing kepada-Nya.
Jalan yang Allah -Ta’ālā- letakkan untuk hamba-hamba-Nya melalui lisan Rasul-Nya -ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam- dan yang akan mengantarkan mereka kepada-Nya, dengan melaksanakan apa yang diperintahkan-Nya, menjauhi apa yang dilarang-Nya, dan membenarkan apa yang diberitakan-Nya.
Kalāmullāh (firman Allah) yang diturunkan kepada Rasul-Nya, Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, membacanya bernilai ibadah, ditulis dalam mushaf-mushaf, dan diriwayatkan kepada kita secara mutawatir.
Asy-Syafā'ah artinya meminta sesuatu untuk orang lain. Juga bisa berarti tambahan, bergabung dengan orang lain dan bersekutu dengannya
At-Tafā`ul adalah optimis terhadap perkataan baik dan gembira dengannya. Lawan katanya at-tasyāum (merasa sial/apes).
Ruqyah artinya penjagaan dan perlindungan. Juga bermakna menjampi dan membentengi. Ar-Ruqyah berasal dari kata "at-taraqqī", artinya memanjat dan naik.
Seorang hamba senantiasa mengetahui bahwa Allah mengawasinya dalam segala keadaannya diiringi rasa takut terhadap siksa-Nya.
Al-Qasam artinya sumpah. Konon, qasam berasal dari kata al-qasāmah, yaitu denda yang dibagikan dan didistribusikan kepada para wali korban pembunuhan.
Meminta al-gauṡ (pertolongan mendesak). Al-Gauṡ ialah penyelamatan dan pertolongan. Makna asalnya ialah menolong dalam kondisi mendesak atau darurat. Di antara makna itigasah yang lain: meminta pertolongan dan memohon bantuan.
Menjauhi kesyirikan dan para pemeluknya disertai membenci dan memusuhinya.
At-Taḥrīf: memiringkan sesuatu ke sisinya. Sedang maknanya secara istilah adalah memalingkan perkataan dari makna hakikinya, pengertian dan kebenarannya kepada makna selainnya.
Tegas dan pasti. Ia juga bermakna terbukti dan ilmu yang tak memiliki keraguan. Lawan katanya asy-syakk (syak) dan ar-raib (ragu). Makna asalnya ialah tenang dan tampak, atau tetap, diam, dan kontinu.
Mengosongkan, membuat sepi dan membiarkan sesuatu sia-sia. Diambil dari kata al-'aṭal, yang berarti hampa, kosong dan tidak digunakan. Dikatakan, "Bi`run mu'aṭṭalah" artinya sumur yang ditelantarkan oleh pemiliknya dan mereka tidak menggunakan mata airnya.
Segala sesuatu yang dijadikan perlindungan oleh manusia. Ia berasal dari kata al-'auż, yaitu perlindungan, penjagaan, dan pemeliharaan. Dikatakan, "'Āża billāhi", artinya: ia berlindung dan berpegang kepada Allah. Kata at-ta'wīżah diungkapkan untuk segala yang diyakini bisa melindungi dan menjaga dari berbagai kejahatan.
Ini adalah derivasi dari kata al-kaif, yaitu kondisi, substansi, dan bentuk. At-Takyīf artinya menyebutkan kondisi sifat dan bentuknya atau keadaannya, seperti panjang, lebar, besar kecil, dan sebagainya.
Jamak dari timṡāl, yaitu gambar. Dikatakan, "Maṡṡala lahu asy-syai`a" apabila dia menggambarnya hingga seakan melihatnya langsung. Juga bayangan sesuatu adalah timṡāl-nya. Diambil dari kata "maṡṡaltu asy-syai`a bi asy-syai`i" apabila Anda mengukur sesuatu menurut ukuran sesuatu yang lain.
Tanjīm adalah masdar dari verba "najjama", ia bermakna: melihat ke arah bintang-bintang. Asal katanya menunjukkan makna terbit dan muncul.
At-Tanzīh berarti pembebasan. At-Tanazzuh artinya saling menjauh dan menghindari berbagai kekurangan. Asalnya dari kata an-nazhu yang berarti jauh.
Berlebih-lebihan, membebani diri dan terlampau bersungguh-sungguh dalam sesuatu. Dikatakan, "Tanaṭṭa'a fī al-kalām" artinya berlebih-lebihan dalam berbicara untuk menunjukkan kefasihan. Diambil dari kata an-niṭa', yaitu rongga atas mulut. Selanjutnya kata ini digunakan untuk segala tindakan berlebihan baik berupa ucapan maupun perbuatan.
Merendahkan diri dan menampakkan aḍ-ḍa'ah, yakni kehinaan, kerapuhan, dan ketidakmampuan. Lawan at-tawāḍu' adalah al-istikbār (sombong) dan al-'uluw (congkak). At-Tawāḍu' berasal dari kata al-waḍ'u, yaitu rendah dan jatuh. At-Tawāḍu' juga berarti khusyuk, mudah, dan lembut.
Al-Ḥinṡu artinya dosa yang besar, kesalahan. Juga memiliki makna melanggar sumpah dan membatalkannya. Dikatakan, "Ḥaniṡa fī yamīnihi" artinya dia melanggar (sumpah)nya dan melakukan dosa di dalamnya serta tidak menepatinya. Kebalikannya menepati (sumpah).
Takut dan gentar. Dikatakan pula, al-khasy-yah adalah rasa takut yang disertai pengagungan, dan kebanyakan muncul karena mengetahui apa yang ditakuti. Asalnya dari kata al-khasyiy, yakni tumbuhan yang kering.
Al-'Urūj ialah naik dan meninggi. Al-Mi'rāj ialah alat untuk naik, seperti lift dan alat pengangkat yang digunakan untuk naik dari tempat rendah ke tempat tinggi.
Al-Kursiy artinya ranjang. Yaitu, sesuatu yang digunakan untuk duduk di atasnya. Orang Arab menamakan asal segala sesuatu dengan kirsun (pangkal). Kata ini juga diungkapkan dengan arti ilmu. Dari makna inilah para ulama disebut "al-karāsiy."
Menghadap dan berpalingnya hati kepada selain Allah dalam usaha mendatangkan manfaat atau mencegah bahaya.
Alat untuk naik, seperti lift dan tangga yang dinaiki dari bawah ke atas. Asal maknanya menunjukkan ketinggian dan peningkatan. Dikatakan, "'Araja ilā as-saṭḥ, aw ilā as-samā` - ya'ruju - 'urūjan - mi'rājan" artinya: ia naik ke atap atau langit.
Tidak fasih. Arti asal kata ini menunjukkan makna diam dan tidak bicara. Dari kata tersebut (muncul kata) "al-a'jamiy" yaitu orang yang tidak fasih dan tidak jelas dalam bicaranya meskipun dari kalangan Arab.
Al-Mudāhanah: tindakan seseorang menampakkan perkara yang berbeda dengan yang ia sembunyikan. Di antara makna lainnya ialah al-muṣāna'ah (membuat-buat).
Al-Ma'ṣiyah dan 'Iṣ-yān ialah keluar dari ketaatan, dan tidak tunduk. Antonim kata taat.
An-Nidd artinya yang sama dan yang sepadan. An-Nidd ialah yang menyerupai sesuatu dan berlawanan dengannya dalam berbagai urusan. Kata "an-nidd" hanya digunakan pada sesuatu yang bertentangan. Asal arti an-nidd ialah berpisah dan menjauh. Dari makna inilah lawan, orang yang menyelisihi, dan yang serupa dinamakan "nidd" karena dia menjauhi dan meninggalkan orang yang semisal dengannya.
Syirik dalam niat, berbagai kehendak dan amalan-amalan hati.
Khullah: persahabatan dan cinta. Ia berasal dari kata al-khalal yang bermakna: celah antara dua hal. At-Takhallul maknanya masuknya benda di tengah-tengah benda yang lain. Al-Maḥabbah (cinta) dinamakan juga al-khullah karena ia memasuki hati, sehingga ia pun menetap di relungnya.
Diangkatnya Isa -'alaihi aṣ-ṣalātu was salāmu- dengan ruh dan jasadnya ke langit kedua atas perintah Allah -Ta'ālā- sebagai rahmat dan kemuliaan baginya.
Al-'Ubūdiyyah artinya ketaatan dan kedekatan. Makna asal al-'ubūdiyyah ialah merendahkan diri dan lembut. Dan di antara makna lainnya ialah tunduk dan menurut.
Al-'Arsy: Singgasana raja. Dikatakan, "Jalasa al-malik 'alā 'arsyihi", artinya raja duduk di atas singgasananya. Al-'Arsy juga bisa berarti atap rumah. Makna asal al-'arsy adalah tinggi dan naik.
Al-Juḥūd adalah pengingkaran. Al-Juḥūd adalah lawan al-iqrār dan al-i'tirāf (pengakuan). Asal artinya adalah sedikit dari sesuatu.
Ar-Rajā`: angan-angan atau harapan. Lawannya ialah putus asa dan pesimis. Ia juga bermakna antusias pada sesuatu.
Al-Khauf artinya takut dan khawatir. Lawannya adalah al-amn (rasa aman). Arti asal al-khauf adalah kurang. Dan di antara maknanya juga adalah sifat pengecut, gentar, takut, dan gemetar.
Al-Gufrān artinya kelapangan dada dan ampunan. Juga bermakna memaafkan dosa dan tidak memberi hukuman. Al-Gufrān berasal dari kata al-gafru, artinya menutup dan memasukkan.
Akidah yang dilandasi keyakinan bahwa wujud Allah -Ta'ālā- adalah wujud makhluk-makhluk itu sendiri.
Al-Karāmah: kemuliaan dan kehormatan. Ia berasal dari al-karam yang bermakna: murah hati dan banyaknya kebaikan. Lawan katanya: bakhil. Ia juga bermakna bagus dan utama.
Sifat-sifat yang dinafikan oleh Allah Ta’ālā dari diri-Nya di dalam Kitab-Nya atau melalui lisan Rasul-Nya ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam, seperti lemah, tidur, zalim, dan sebagainya.
Berlebihan dan melewati batas dalam memuji. Al-Iṭrā` berasal dari kata "aṭ-ṭarāwah", artinya lembut dan sungguh-sungguh. Dari makna itulah perbuatan berlebihhan dalam pujian dinamakan iṭrā` karena orang yang memuji senantiasa memperbaharui penyebutan sifat-sifat orang yang dipuji.
Al-Inābah: kembali kepada Allah dengan bertobat. Dikatakan, "Anāba - yunību - inābatan" artinya: dia menghadap dan kembali kepada ketaatan. Juga, "Nāba ilallāh" artinya: ia bertobat kepada Allah.
Taṡlīṡ: satu kesatuan yang berjumlah tiga.
At-Taḍarru' artinya menghinakan diri dan merendah. At-Taḍarru' berasal dari kata "aḍ-ḍar'u", artinya lembut dan lemah.
Ḥaqq: tetap atau sabit. Lawannya: batil. Ia juga dimaknai sebagai wajib dan harus. Juga digunakan dengan makna hal yang tegas dan meyakinkan.
Ar-Rahbah artinya takut dan kawatir. "Tarahhaba gairahu" artinya menakut-nakuti (mengancam) orang lain.
Kata yang dinisbahkan kepada kata "aṣ-ṣiddīq", yaitu orang yang senantiasa jujur, berlebih-lebihan di dalamnya, senantiasa menetapinya, dan orang yang selalu membenarkan ucapannya dengan perbuatan. " Kata aṣ-ṣidq (jujur ) lawan al-każib (dusta).
Berbagai sifat yang dinafikan oleh Allah -Ta'ālā- dari diri-Nya di dalam kitab-Nya atau melalui lisan Rasul-Nya -șallallāhu 'alaihi wa sallam- dari hal-hal yang tidak pantas disandang oleh-Nya.
Sifat-sifat Allah -Ta'ālā- yang bersama-sama ditetapkan dalil syariat (Alquran dan Sunah) dan dalil 'aqli (logika).
Bentuk pola hiperbol dari kata al-'ārif (yang mengetahui). Al-'Arrāf adalah dukun, pembaca telapak tangan, ahli nujum yang mengaku mengetahui perkara gaib dan perkara yang akan terjadi.
Al-Qunūṭ adalah putus asa dari sesuatu. Lawan dari putus asa adalah berharap dan berkeinginan besar. Makna asal al-qunūṭ adalah menghalangi. Oleh karena itu, putus asa disebut qunūṭ, karena orang yang berputus asa telah menghalangi dirinya dari rahmat Allah.
Sifat-sifat yang berkaitan dengan kehendak dan keinginan Allah -Ta'ālā-, dan selalu mengalami pembaharuan menurut kehendak-Nya.
Wasīlah: pendekat atau perantara untuk sampai pada orang lain. Ia juga bermakna: penghubung dan jalan menuju sesuatu. Ia berasal dari at-tawassul yang bermakna keinginan dan permohonan.
Dalīl: tanda sesuatu, yakni sesuatu yang dijadikan sebagai petunjuk. Ia juga bermakna: petunjuk. Ada yang menyatakan bahwa maknanya ialah: yang membimbing pada sesuatu dan mengarahkan padanya.
Yang lezat, yang halal dan yang boleh. Asal kata aṭ-ṭayyib adalah aṭ-ṭībah, yaitu selamat dari keburukan. Lawan aṭ-ṭayyib adalah al-khabīṡ (yang jelek). Dan di antara makna aṭ-ṭayyib juga adalah yang saleh, yang baik, yang mudah, yang suci, dan yang jernih.
Melampaui batas yang disyariatkan dalam memperlakukan ahli agama dan orang saleh dengan mengangkat mereka di atas kedudukan yang Allah berikan untuk mereka kepada hal yang tidak boleh kecuali bagi Allah, berupa meminta pertolongan mereka dalam kesulitan, tawaf di kuburnya, mencari berkah dengan tanahnya, dan sebagainya.
Mengetahui nama-nama Allah Ta'ālā, sifat-sifat-Nya, perbuatan-perbuatan-Nya, dan syariat yang Dia syariatkan kepada manusia.
Upaya membelokkan nas-nas syariat dari maksudnya, meninggalkan ayat-ayat tersebut, hakikatnya dan maknanya dan kebenaran yang terdapat padanya, atau menyandarkan tanda-tanda kekuasaan Allah yang bersifat kauni (alam ciptaan) kepada selain Allah -ta’ālā-, baik berdiri sendiri, sebagai sekutu atau pembantu.
Menyamakan selain Allah (makhluk) dengan Allah -Ta'ālā- dalam hal-hal yang menjadi kekhususan rubūbiyyah-Nya, atau menisbahkan salah satu kekhususan itu kepada selain Allah, seperti penciptaan, pemberian rezeki, pengaturan, dan semacamnya.
Sifat-sifat yang senantiasa ada pada Zat Allah sejak zaman azali dan selama-lamanya, dan tidak tergantung dengan kehendak dan pilihan-Nya.
Meninggalkan kebenaran dengan penolakan, di mana ia tidak ingin mempelajari kebenaran tersebut dan tidak mau mengamalkannya, baik kebenaran tersebut berupa ucapan, perbuatan ataupun keyakinan.
Membuat gambar, baik gambar timbul ataupun bukan, dengan tangan maupun dengan alat.
Doa-doa, jimat dan semacamnya yang boleh atau pun yang diharamkan.
Hari ke-9 dari bulan Zulhijah.
Mengalihkan lafal dari makna yang lahir kepada makna lain yang berbeda dengannya.
At-Tagayyur adalah berubanya sesuatu dari satu kondisi ke kondisi lainnya.
Meminta atau menghubungkan hujan dan turunnya kepada bintang-bintang terkait jatuhnya dan terbitnya.
Memutuskan diri dari wanita dengan tidak melakukan pernikahan, fokus melakukan ibadah kepada Allah semata dan meninggalkan yang lain.
Suatu praktik sihir yang dibuat untuk menjadikan seorang istri mencintai suaminya dan suami mencintai istrinya.
Meminta tolong kepada orang lain saat ada kebutuhan yang mendesak untuk itu.
Kata yang lafalnya sama, namun memiliki beberapa makna.
Istilah untuk agama, baik yang benar maupun yang salah.
Menghadap kepada Allah Ta’ālā dan berpaling dari selain-Nya dengan meninggalkan kemusyrikan menuju kepada tauhid dan dari kesesatan menuju kepada istikamah.
Ketundukan dan penyerahan diri kepada Allah dalam perkara syariat dan takdir disertai keyakinan hati.
Orang yang datang setelah tiga generasi utama dan menempuh jalan pengikut bid'ah dan hawa nafsu.
Orang-orang yang menangani urusan kaum muslimin untuk merealisasikan kemaslahatan umat dalam menegakkan agama dan dunia.
Sifat-sifat kesempurnaan, keindahan, dan keagungan yang melekat pada Zat Ilahi yang ditetapkan di dalam Kitab (Alquran) dan Sunnah yang membedakan Allah dari makhluk lainnya.
Al-Jaza' adalah kelemahan dalam jiwa dan ketakutan dalam hati yang menyebabkan pemiliknya bersedih ketika mendapat cobaan.
Sifat-sifat dan kekuatan-kekuatan yang terdapat dalam tubuh yang ditempatinya.
Nama setiap bintang di langit.
Makna yang melekat pada zat.
Mengontrol sesuatu dan mencegah terjadinya kerusakan dan kekacauan padanya.
Mendekat kepada Allah -Ta'ālā- dengan mengerjakan apa yang diperintahkan-Nya dan meninggalkan apa yang dilarang-Nya untuk mencari keridaan-Nya dan sebagai sarana untuk menunaikan berbagai kebutuhan dari-Nya.
Mengetahui sesuatu sesuai kondisinya dengan jalan memikirkan dan merenungkan.
Menentang dan memberontak pada pemimpin kaum muslimin dan jamaah mereka.
Hakikat 'urf (tradisi) bagi orang-orang yang berbicara masalah agama tanpa menempuh jalan para rasul.
Segala sesuatu yang disampikan melalui jalan syariat, seperti surga, neraka, dan berbagai keadaan hari kiamat.
Memohon kepada selain Allah -Ta'ālā- dalam perkara yang hanya bisa dilakukan oleh Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā- berupa menghilangkan kesusahan atau mendatangkan manfaat.
Keinginan seseorang yang melakukan perbuatannya untuk mencari keridaan selain Allah -Ta'ālā- dengan meniatkan amal-amalnya untuk dunia atau ria (pamer) dan selain itu, baik keinginan tersebut secara total atau parsial (sebagian).
Satu penisbahan yang tidak bisa dipahami kecuali dengan memahami pasangannya.
Sifat-sifat Allah -Subḥānahu wa Ta’ālā- yang penetapannya melibatkan dalil akal dan fitrah yang sehat disertai adanya keterangan syariat.
Sifat-sifat Allah -Ta'ālā- yang bersama-sama ditetapkan oleh dalil syariat (Al-Qur`ān dan Sunah) dan dalil aqli (logika).
Penutupan hati manusia hingga ia lalai melakukan apa yang bermanfaat baginya dan meninggalkan apa yang membahayakannya.
Hukum-hukum yang bersumber dari akal, baik penetapan ataupun penafian.
Allah Mahaagung, Mahasuci, dan Mahatinggi.
Menyifati Allah -Ta'ālā- bahwa Dia adalah fisik.
Mengulang-ulang dan menghitung-hitung pujian kepada Allah -Ta’ālā-; dengan menyebutkan berbagai sifat indah-Nya dan perbuatan-perbuatan-Nya yang terpuji.
Sifat-sifat yang ditetapkan oleh Allah-Ta'ālā- untuk diri-Nya dalam kitab-Nya atau melalui lisan Rasul-Nya -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dalam sunah beliau.
Cinta yang berlebihan disertai syahwat.
Prasangka baik dan harapan baik.
Meminta pertolongan dan bantuan dari orang lain dalam memerangi musuh.
Lafal-lafal yang tersusun yang dibuat untuk mengungkapkan makna yang bisa dipahami.
Orang yang melakukan penjagaan dan pengawasan.
Batang anak panah tanpa bulu dan mata panah.
Mengadakan sesuatu dan membuatnya tanpa contoh sebelumnya.
Keabadian di masa depan tanpa akhir.
Semua makhluk yang ada di muka bumi.
Tujuan-tujuan dan hikmah-hikmah yang dikehendaki melalui perbuatan dan hukum.
Sisi-sisi bumi berikut kejadian dan makhluk-makhluk yang ada di dalamnya, serta sisi-sisi langit berikut keajaiban dan tanda-tanda besar yang ada di dalamnya.
Terbenam dan tersembunyi.
Zaman yang memiliki batas tertentu.
Pengetahuan yang didapatkan sejak awal di dalam jiwa tanpa perlu berargumen dan berpikir.
Firman Allah -Ta'ālā- yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dengan perantaraan Jibril -'alaihi aṣ-ṣalātu wa as-salām-.
Memperlihatkan permusuhan dengan ucapan dan perbuatan terhadap musuh-musuh Allah, berlepas diri dari mereka serta menjauhi mereka secara lahir dan batin.
Ciptaan yang bagus yang sangat cermat, kokoh, dan kuat.
Tempat kosong yang tidak ada sesuatu di dalamnya.
Menafsirkan suatu lafal dengan semua makna yang ditunjukkannya.
Segala yang bisa diketahui dan dikabarkan berupa hal-hal yang ada.
Ketergantungan keberadaan sesuatu pada eksistensi dirinya sendiri, baik dengan perantara atau tanpa perantara.
Sesuatu yang bukan apa-apa, tidak memiliki hakikat dan wujud di alam nyata.
Al-Fā'il adalah sesuatu yang darinya bisa muncul perbuatan disertai kemampuan dan kehendak.
Segala sesuatu yang ada selain Allah ‘Azza wa Jalla.
Lafal-lafal yang mengandung makna yang benar dan yang batil, di mana tidak diketahui makna (yang sebenarnya) kecuali setelah dirinci dan dijelaskan.
Kata yang lafalnya berbeda namun maknanya sama.
Segala sesuatu yang keberadaannya di alam nyata tidak bisa dibayangkan di dalam akal.
Sesuatu yang tidak ada dan tidak memiliki wujud di alam nyata.
Sesuatu yang tidak mungkin ada di alam nyata, dan bisa jadi dapat diasumsikan pikiran.
Perkara yang bisa ada dan bisa tidak ada, dan tidak bisa ada kecuali disebabkan oleh faktor lain, bukan muncul dengan sendirinya.
Perkataan yang merupakan jawaban dari pertanyaan "mā huwa (apakah itu)?" yang dapat menggambarkan sesuatu di dalam jiwa.
Meyakini bahwa Allah -'Azza wa Jallā- bercampur dengan sebagian makhluk, tidak dengan sebagian yang lain.
Lafal yang digunakan untuk mengetahui sesuatu dan menunjukkan kepadanya.
Agama Allah -Tabāraka wa Ta'ālā- yang Dia ridai untuk para hamba-Nya dan fitrah-Nya yang Dia menciptakan manusia di atasnya.
Memberitahukan perkara gaib dengan cara menggaris di tanah, memukul kerikil atau semacamnya.
Menolak hakikat yang telah terbukti kebenarannya berdasarkan riwayat dan akal meskipun mengetahuinya, dengan tujuan memperdaya dan menipu.
Bersatunya dua hal dalam suatu makna.
Memulai sesuatu dan menciptakannya tanpa ada contoh sebelumnya.
Makna yang ada pada diri Yang Berbicara (Allah) -Subḥānahu wa Ta'ālā-, bukan dengan huruf, bukan dengan suara, dan tidak berkaitan dengan kehendak dan kekuasaan-Nya.
Makna yang diketahui dan tertentu, yang ditunjukkan oleh nama.
Jasad dan badan.
Tempat kosong yang bisa menghimpun sesuatu dan mencakupnya.
Apa yang diucapkan oleh seseorang atau orang yang dalam hukumnya, baik ucapan yang diabaikan ataupun digunakan.
Materi yang tidak memiliki bentuk dan gambar tertentu, yang dapat dibentuk dan digambar dalam beragam gambar.
Penggunaan kata sesuai dengan makna aslinya.
Sifat yang menunjukkan kepada zat semata tanpa sifat tambahan.
Dua hal yang tidak bisa berkumpul secara bersama-sama dalam satu waktu dan satu tempat, tapi terkadang keduanya sama-sama tidak ada.
Binatang ternak yang digunakan untuk bekerja, seperti sapi pembajak dan sebagainya.
Segala sesuatu yang berada pada selainnya dan tidak ada kecuali pada tempat yang menjadi lokasi keberadaannya.
Melalaikan perkara agama serta tidak memperhatikan dan melaksanakan haknya.
Penggunakan kata bukan untuk makna aslinya karena suatu 'alāqah (korelasi) disertai adanya suatu qarīnah (indikator).
Apa yang dilakukan oleh manusia atas pilihannya sendiri untuk mendatangkan manfaat atau mencegah bahaya.
Segala sesuatu yang bisa berpisah dari keseluruhan.
Mencari pengetahuan tentang sesuatu yang belum diketahui sebelumnya dengan kata bantu khusus, seperti man (siapa), hal (apakah), kaifa (bagaimana) dan lain sebagainya.
Mengambil satu kata atau lebih dari kata lain disertai keselarasan antara keduanya dalam lafal dan makna.
Perkara-perkara dan pendahuluan-pendahuluan yang muncul dalam diri seseorang dari aspek kekuatan logikanya tanpa suatu sebab yang mengharuskan membenarkannya.
Perbedaan dan kontradiksi antar kata dan yang dinamai.
Istilah bidah yang maksudnya adalah bahwa Zat yang terdiri dari berbagai sifat.
Beragam nama untuk satu pemilik nama.
Berkelanjutan kejadian tanpa batas.
Adanya gambaran sesuatu dalam pikiran dan pemahaman substansinya tanpa menetapkan ketiadaan atau keberadaannya.
Meyakini bahwa sifat-sifat Allah serupa dengan sifat makhluk, atau makhluk serupa dengan khalik.
Munculnya sesuatu setelah sebelumnya tidak ada.
Burung kecil yang termasuk jenis burung malam hari.